RSS

PERINGATAN MAULID NABI -SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM- DALAM ISLAM

Salah satu amalan atau perayaan yang biasa dilakukan sebagian kaum Muslimin adalah peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata maulid sendiri diartikan sebagai (1) hari lahir (terutama hari lahir Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam); (2) tempat lahir; atau (3) (peringatan) hari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pada bulan Rabi’ul Awwal. Terkadang dalam bahasa Indonesia diungkapkan pula dengan istilah maulud, yang dianggap sinonim dengan maulid, padahal maulud lebih pas diartikan sebagai orang yang dilahirkan. Karena itu, peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dikenal secara luas dengan istilah maulidan atau mauludan.

Satu Peringatan Beragam Cara

Peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tersebut biasanya dilaksanakan pada bulan Rabi’ul Awwal. Cara  memperingatinya pun bermacam-macam dan sangat beragam.

  • Pada umumnya, acara peringatan tersebut diadakan di masjid, rumah (tokoh masyarakat), majelis taklim, atau yang sekarang sedang ngetrend adalah di lapangan mirip acara tabligh akbar.
  • Ada yang memperingatinya dengan sekadar berkumpul untuk membaca kisah kelahiran Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, menyampaikan ceramah, atau melantunkan syair.
  • Ada pula yang memperingatinya dengan membuat jamuan makanan, manisan dan lainnya untuk disuguhkan kepada orang-orang yang hadir.
  • Namun yang sangat disayangkan, terkadang banyak pula yang memperingatinya dengan mengkombinasikannya dengan perbuatan haram dan hal yang mungkar.

Misalnya, campur baur (ikhtilath) antara laki-laki dan perempuan non mahram bahkan dengan berdesak-desakan dan berhimpit-himpitan, berjoget dan bernyanyi, bermusik ria yang sering diklaim sebagai musik gambus, marawis, hadrah atau musik Islami, atau bahkan diselingi dengan perbuatan syirik seperti istighotsah kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, memanggil-manggil nama beliau, meminta pertolongan kepada beliau dari para musuh, bangkit berdiri karena mengklaim kehadiran beliau dan lain sebagainya.

  • Dan boleh jadi masih banyak ragam peringatan dan model perayaan maulidan lainnya, karena setiap daerah, suku atau etnis tertentu akan mengkombinasikannya dengan budaya, adat dan kultur mereka, sesuai dengan ungkapan pepatah “lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung”.

Sejarah Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam  

Berdasarkan pelacakan sejarah yang telah dilakukan oleh para ulama semenjak dulu hingga sekarang, terhadap sejarah awal peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, ditemukan fakta menarik yang sangat nyata sebagai berikut:

  • Peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam pertama kali berasal dari tradisi agama yang diada-adakan oleh orang-orang Syi’ah ‘Ubaidiyyah yang gemar mengklaim diri sebagai Fathimiyyah, yang hidup sangat jauh setelah tiga generasi utama umat Islam, yaitu masa Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, sahabat dan tabi’in, tujuan semulanya adalah untuk menghancurkan Islam.

Pendapat ini setidaknya telah diakui oleh Imam al-Maqrizi, al-Qolqasynadi, as-Sandubi, Abu Syamah, ‘Ali Fikri dan Syaikh ‘Ali Mahfuzh.

Tentang golongan Syi’ah ‘Ubaidiyyah tersebut, Imam al-Ghozali asy-Syafi’iRahimahullah berkata:

“Mereka adalah orang-orang yang menampakkan diri sebagai Syi’ah Rofidhoh, padahal diri mereka adalah murni orang-orang kafir yang tulen.”

  • Setelah itu, tokoh lain yang pertama kali dikenal sebagai pihak yang mempopulerkan peringatan maulid Nabi adalah Gubernur Irbil di Irak, bernama al-Muzhaffar Abu Sa’id al-Kaukaburi, atas prakarsa Syaikh di daerah Mushil yang bernama ‘Umar Muhammad al-Mula.

Peringatan ini terjadi pada akhir abad keenam atau awal abad ketujuh Hijriyah dengan sangat mewah, penuh hura-hura, pesta pora, hingar bingar dan pemborosan serta diselubungi beraneka kemaksiatan.

Hal ini sebagaimana yang dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli sejarah, seperti Ibnu Kholikan, Ibnu Katsir dan lainnya.

Ibnu Katsir asy-Syafi’iRahimahullah mengatakan:

“Ia (Gubernur al-Kaukaburi) memperingati Maulid Nabi pada bulan Rabi’ul Awwal secara mewah dan dengan sangat megah. Orang-orang yang hadir dalam acara tersebut disuguhi hidangan berupa 5.000 daging panggang, 10.000 ekor ayam, 100.000 keju, dan 30.000 piring yang berisi beraneka makanan. Ia juga mengundang para sufi untuk memperdengarkan puisi-puisi mereka sejak Zhuhur sampai Subuh dan berjoget ria bersama mereka.”

Ibnu Kholikan Rahimahullah bahkan berkata:

“Pada awal bulan Safar, masyarakat menghiasi kubah-kubah masjid dengan beragam hiasan yang mewah dan aksesori yang indah. Di dalamnya berkumpul sekelompok penyanyi, para pendongeng, dan orang-orang yang hanya bermain-main saja. Pada tiap masjid, mereka mengatur satu kelompok di dalamnya. Kehidupan pada saat itu sangat rusak. Mereka hanya disibukkan dengan perbuataan batil. Selang dua hari sebelum acara maulid Nabi, mereka mengeluarkan unta, sapi dan kambing dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit digambarkan. Mereka juga membawa beduk, peralatan musik, dan permainan ke area acara. Setelah itu, pada malam peringatan maulid Nabi usai sholat Maghrib, mereka memperdengarkan segala bentuk hiburan di dalam benteng.”

  • Sedangkan klaim yang tersebar di masyarakat yang menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah Sholahuddin al-Ayyubi Rahimahullah saat berkecamuknya perak Salib dengan tujuan untuk menyemangati dan memotivasi serta memobilisir kaum Muslimim, maka ia merupakan sebuah kedustaan sekaligus pemalsuan sejarah.

Dalam sejarah seperti yang telah dikemukakan, jelas dinyatakan bahwa yang pertama kali memperingati maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah golongan Syi’ah ‘Ubadiyyah yang gemar mengaku Fathimiyyah. Di samping itu, Sholahuddin al-Ayyubi  juga dikenal sebagai pahlawan yang sangat berupaya maksimal untuk menghancurkan Syi’ah ‘Ubadiyyah yang telah menghancurkan Islam dan banyak membunuhi kaum Muslimin. Bahkan dalam sejarah, ia pun dikenal sebagai seorang raja dan panglima perang yang telah melenyapkan perayaan maulid Nabi , karena selain tidak pernah diajarkan oleh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, nyatanya justru membelenggu kaum Muslimin dalam jebakan ritual, prevalensi (jamuan makan) dan lainnya.

Renungan Keimanan Seputar Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam

Sebagian kaum Muslimin berkeyakinan bahwa peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan perintah agama, bahkan sampai ada pihak yang menghukuminya sebagai hal yang wajib, sehingga orang atau pihak yang tidak memperingatinya sering disematkan embel-embel negatif seperti dicap sebagai GAM (Golongan Anti Maulid) atau bahkan dianggap seperti PKI (Partai Komunis Indonesia) yang memang sangat anti Islam, maka renungan keimanan berikut semoga menjadi penawar yang menyejukkan:

  • Bila peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam merupakan perintah agama, tentunya pihak pertama yang lebih layak untuk merayakannya adalah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sendiri, karena beliau yang lebih mengetahui hari kelahirannya dan keutamaan hari lahirnya tersebut.

Ternyata Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tidak pernah memperingati hari kelahirannya sendiri!

  • “Seandainya” memperingati maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam “dianggap sebagai perintah agama”, tentunya selain memperingatinya Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam juga akan menerangkan kepada umatnya, atau paling tidak memerintahkan para Sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum untuk memperingatinya.

Bukankah demikian seharusnya? Sekali lagi, ternyata yang beliau perintahkan tidaklah demikian!

  • “Seandainya” memperingati maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam “dianggap boleh”, bukankah yang lebih pas adalah merayakan hari diutusnya (bi’tsah) Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, bukan hari kelahirannya (maulid).

Mengapa demikian?

Karena yang banyak disinggung atau diberikan perhatian dalam al-Qur’an adalah diutusnya Rosululloh , tidak pernah disinggung tentang hari kelahirannya. Lihat QS. Ali ‘Imron [3]: 164, al-Jumu’ah [62]: 2 dan al-Baqoroh [2]: 213.

  • Bila peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dihukumi wajib, tentunya yang lebih berhak merayakannya adalah para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum yang sangat mencintai Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam melebihi kecintaan kita kepadanya.

Ternyata para Sahabat Radhiyallahu ‘anhum tidak pernah memperingati hari kelahiran Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam!

Demikian pula halnya dengan para Tabi’in (murid para shabat) dan Tabi’ut Tabi’in (murid para Tabi’in, cucu murid para Sahabat) serta para ulama dari berbagai madzhab yang diakui, merekapun ternyata tidak pernah merayakan hari kelahiran Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tersebut!

  • Bila demikian halnya, bukankah dapat diambil kesimpulan  bahwa peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam termasuk hal baru yang diada-adakan dalam agama?
  • Lebih dari itu, bagaimana pula dengan “terselipnya” berbagai kemungkaran dan kemaksiatan dalam peringatan maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tersebut?
  • Dan bukankah termasuk hal yang sangat mengherankan bila orang, pihak atau kelompok yang getol memperingati maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tersebut ternyata dalam perayaannya sampai berani meninggalkan jama’ah sholat dan meyakini kehadiran Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, padahal beliau tidak akan bangkit dari kuburnya sebelum terjadinya hari kiamat, apakah hal ini dibenarkan?

Jawabnya, tentu saja tidak benar dan tidak pernah dibenarkan!

Hukum Memperingati Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam

Akhirnya, hal yang terkadang dianggap tidak mengenakkan hati dan perasaan adalah berkaitan dengan hukum memperingati Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallamdalam tinjauan Islam.

Setelah mengetahui ragam pelaksanaan peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, awal mula sejarah kemunculannya dan renungan keimanan terntang peringatan tersebut, maka dalam Islam peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dikategorikan perbuatan yang bertentangan dengan syariat Islam, terlarang dan tertolak ditinjau dari beberapa aspek:

  1. 1.    Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah hal baru dalam agama yang diada-adakan (bid’ah).

Peringatan tersebut bukan termasuk sunnah Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam ataupun Khulafa’ur Rosyidin dan para Sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum, bahkan termasuk perbuatan bid’ah yang dilarang.

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ مِنْ بَعْدِي، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ ))

“Ikutilah Sunnahku dan Sunnah para Khulafa’ur Rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku. Berpengang teguhlah padanya dan gigitlah ia dengan gigi geraham. Dan hindarilah hal-hal yang baru (dalam agama), karena semua yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)

Peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah hal baru yang dipopulerkan oleh kaum Syi’ah Fathimiyyah untuk merusak Islam. Barangsiapa melakukan suatu amalan untuk mendekatkan diri kepada Alloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang tidak pernah dilakukan oleh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan beliau tidak memerintahkannya, serta tidak dilakukan oleh Khulafa’ur Rosyidin, berarti ia telah lancang menuduh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tidak menjelaskan perintah agama kepada mereka.

Selain itu, ia juga telah mendustakan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala:

“…pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian….” (QS. al-Ma’idah [5]: 3)

Hal ini dikarenakan ia menganggap semua itu bagian dari perintah agama, padahal Rosululloh  sendiri tidak pernah mengerjakannya.

  1. 2.    Menyerupai (Tasyabbuh) Orang Nasrani atau Kristen.

Peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dikategorikan menyerupai perbuatan orang-orang Nasrani, karena mereka juga memperingati Maulid Nabi Isa ‘Alaihissalam.

Menyerupai orang-orang Nasrani adalah perbuatan yang sangat diharamkan.

Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ ))

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda, “Selisihilah orang-orang musyrik.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Dan bukankah peringatan seperti ini termasuk simbol dari agama mereka?

  1. 3.    Berlebihan dalam Mengagungkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.

Di samping peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam termasuk perbuatan bid’ah dan menyerupai) orang-orang Nasrani, peringatan tersebut juga bisa menjadi sarana yang dapat mengantarkan seseorang berbuat berlebih-lebihan (ghuluw) dalam mengagungkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Bahkan ada yang jauh lebih parah lagi, seperti berdoa dan meminta pertolongan kepada beliau, bukan kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Ini pula yang sekarang terjadi pada banyak orang yang menghidupkan bid’ah Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka berdoa kepada Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam (bukan kepada Alloh), meminta pertolongan kepadanya, dan melantunkan syair-syair berbau syirik (seperti qosidah atau syair Burdah dan lainnya).

Padahal Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam melarang keras umatnya berlebih-lebihan dalam memujinya, sebagaimana beliau bersabda:

“Janganlah kalian memujiku (secara berlebihan) sebagaimana orang Nasrani memuja Ibnu Maryam (Isa) secara berlebihan. Karena, sesungguhnya aku hanyalah hamba Alloh, maka ucapkanlah (kepadaku), ‘Hamba dan utusan-Nya’.” (HR. al-Bukhori)

Alloh Subanahu wa ta’ala juga telah melarang tindakan berlebihan seperti itu dalam firman-Nya:

“Wahai ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan janganlah kalian mengatakan terhadap Alloh kecuali yang benar. Sesungguhnya al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Alloh dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.” (QS. an-Nisa’ [4]: 171)

Di samping itu, Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam melarang melakukan perbuatan berlebih-lebihan (ghuluw)karena khawatir kita akan tertimpa azab sebagaimana yang menimpa orang-orang Nasrani. Dalam hal ini, beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

“Janganlah kalian berlaku ghuluw (berlebih-lebihan dalam mengagungkan), karena ghuluw telah menghancurkan orang-orang sebelum kalian.” (HR. Ibnu Majah, Ahmad dan lainnya)

  1. 4.    Membuka Pintu Bid’ah yang Lain.

Menghidupkan peringatan Maulid Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dapat membuka pintu-pintu bid’ah yang lain dan melalaikan dari amalan-amalan Sunnah. Karena itu, sering kita dapati orang-orang yang gemar berbuat bid’ah giat menghidupkan bid’ah dan malas melakukan amalan Sunnah, membencinya, dan memusuhi para pelaku Sunnah. Bahkan, seluruh aktivitas keagamaan mereka berubah menjadi peringatan-peringatan yang berbau bid’ah. Ditambah lagi dengan beragam cara, model dan variasi dalam pelaksanaan peringatan Maulid Nabi tersebut.

Akhirnya, haruskah kita semua memaksakan “peringatan” yang awalnya bukan berasal dari ajaran Islam yang dibawa oleh Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan tidak pernah dipraktekkan oleh para Sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum serta tidak dikenal luas oleh para ulama yang terdahulu, padahal Sunnah masih banyak yang belum dikerjakan?

Jawabnya, seharusnya tidak demikian bukan !

 
Leave a comment

Posted by on August 6, 2012 in Lima Bid'ah Besar

 

Peringatan Haul Dalam Timbangan Islam

Sudah menjadi sebuah tradisi dalam sebagian masyarakat Indonesia mengadakan acara haul seorang syaikh, wali, sunan, kiai, habib, atau tokoh masyarakat lainnya. Kebiasaan yang sudah mendarah daging ini adalah budaya nenek moyang yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat kita di seluruh nusantara.

Persiapan yang luar biasa dilakukan oleh panitia pelaksana untuk mensukseskan haul seorang tokoh terkemuka, spanduk dan baleho dipasang dimana-mana, Read the rest of this entry »

 
24 Comments

Posted by on August 6, 2012 in Lima Bid'ah Besar

 

Tags: , ,

Beberapa Kemungkaran Ziarah Kubur

Secara bahasa ‘ziarah kubur’ tersusun atas dua kata yaitu ‘ziarah’ yang artinya berkunjung dan ‘kubur’ yang bermakna liang lahat. Adapun secara istilah ziarah kubur  adalah berkunjung atau datang ke pemakaman dengan tujuan mendoakan kebaikan bagi si mayat seperti memintakan maghfiroh (ampunan) untuknya, serta mengingat kematian dan akhirat bagi si pengunjung. Read the rest of this entry »

 
1 Comment

Posted by on July 25, 2012 in Lima Bid'ah Besar

 

Tags: , , , ,

Dzikir Jama’i Menurut Perspektif Islam

Misi utama diciptakannya jin dan manusia adalah untuk mengabdi kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala semata dengan berbagai bentuk peribadatan. Seiring berkembangnya zaman serta jauhnya manusia dari masa kenabian, akhirnya muncullah praktek-praktek peribadatan baru di tengah-tengah mereka yang belum pernah dikenal di tiga generasi terbaik umat ini, di antaranya adalah fenomena dzikir jama’i yang semakin hari semakin digemari oleh sebagian kaum muslimin yang memang tujuan mereka tidak lain kecuali ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Alloh Subhanahu wa ta’ala. Sebelum dibahas lebih lanjut tentang pandangan Islam terhadap fenomena dzikir jama’i, akan dijelaskan terlebih dahulu beberapa poin penting yang perlu diketahui oleh seorang muslim terkait permasalahan dzikir ini. Read the rest of this entry »

 
Leave a comment

Posted by on July 25, 2012 in Lima Bid'ah Besar

 

Tags: , , , , , ,

Tradisi Manaqiban

Salah satu acara ritual yang menjadi tradisi sebagian masyarakat adalah manaqiban. Selain memiliki aspek seremonial, manaqiban juga memiliki aspek mistikal. Sebenarnya kata manaqiban berasal dari kata ‘manaqib’ (bahasa Arab), yang berarti biografi, kemudian ditambah dengan akhiran ‘an’ (bahasa Indonesia) menjadi manaqiban yang berarti kegiatan pembacaan manaqib (biografi) Syaikh ‘Abdul Qodir al-Jailani, seorang wali yang sangat legendaris di Indonesia. Read the rest of this entry »

 
4 Comments

Posted by on July 25, 2012 in Lima Bid'ah Besar

 

Tags: , , , , ,

  • Archives

  • Categories

  • Meta

  •